KHUTBAH PERTAMA:
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ ...
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Jama’ah Jum’at Rahimakumullah,
Keterpurukan ekonomi dan moneter yang melanda Indonesia dan beberapa negara lainnya berdampak mengenaskan bagi kehi-dupan masyarakat kelas ekonomi bawah, khususnya, angka kemis-kinan semakin membengkak. Angka di bawah garis kemiskinan juga semakin besar. Keterpurukan ekonomi dan moneter yang di-mulai sejak 1997 M. di Indonesia telah didahului oleh krisis moral dan akidah, krisis kejujuran, dan keteladanan.
Pada sisi lain kelas ekonomi menengah ke atas, terus-menerus menumpuk-numpuk kekayaan, mengeruk harta benda dengan segala cara, dan berfoya ria mengumbar hawa nafsu. Kecil sekali perhatiannya terhadap perbaikan ekonomi golongan mustad'afin. Bahkan orang kaya terus mengeruk harga rakyat beratus-ratus trilyun rupiah dengan bekerja sama dengan para penguasa lacur.
Norma-norma ketimuran sebagai orang timur, terlebih nilai akidah, syariat, dan akhlak Islam tidak lagi dilirik sedikit pun, apa-lagi dijadikan dasar pijakan untuk berperilaku yang cantik. Sungguh keadaan yang sangat memilukan ini menimpa hampir seluruh struktur dan kultur masyarakat Indonesia, kecuali yang dirahmati Allah Ta’ala.
Genap lengkaplah penderitaan jasmani dan rohani, sosial dan emosional. Jati diri manusia beradab telah beralih kepada perilaku-perilaku kehewanan. Keadaan ini menunjukkan bahwa kebanyakan manusia telah bergeser dari statusnya sebagai hamba Allah Ta’ala yang diciptakan hanya untuk beribadah kepadaNya saja. Hanyalah se-dikit manusia yang Allah Ta’ala jaga yang tidak terlibat di dalam perkara yang mengenaskan tersebut, sehingga tetap istiqamah hanya beribadah kepadaNya saja.
Ulah atau tingkah laku yang seharusnya menaati Pencipta manusia, telah mereka gantikan dengan menuruti hawa nafsu. Segala sesuatu hanya berdasar pertimbangan akal mereka yang terbatas dan nafsu hewani belaka. Aturan-aturan Penciptanya tak lagi dihiraukan.
Keadaan seperti inilah yang membuat Allah Ta’ala menurunkan azabnya. Berbagai bencana alam, musibah berskala besar datang silih berganti. Inilah ulah tangan manusia yang tidak bertanggung jawab yang membuat kerusakan di muka bumi ini. Bukankah Allah Ta’ala telah berfirman,
وَمَا أَرْسَلْنَا فِي قَرْيَةٍ مِّن نَّبِيٍّ إِلاَّ أَخَذْنَا أَهْلَهَا بِالْبَأْسَاء وَالضَّرَّاء لَعَلَّهُمْ يَضَّرَّعُونَ{94} ثُمَّ بَدَّلْنَا مَكَانَ السَّيِّئَةِ الْحَسَنَةَ حَتَّى عَفَواْ وَّقَالُواْ قَدْ مَسَّ آبَاءنَا الضَّرَّاء وَالسَّرَّاء فَأَخَذْنَاهُم بَغْتَةً وَهُمْ لاَ يَشْعُرُونَ{95} وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَـكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ{96} أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَن يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتاً وَهُمْ نَآئِمُونَ{97} أَوَ أَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَن يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ{98} أَفَأَمِنُواْ مَكْرَ اللّهِ فَلاَ يَأْمَنُ مَكْرَ اللّهِ إِلاَّ الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ{99} أَوَلَمْ يَهْدِ لِلَّذِينَ يَرِثُونَ الأَرْضَ مِن بَعْدِ أَهْلِهَا أَن لَّوْ نَشَاء أَصَبْنَاهُم بِذُنُوبِهِمْ وَنَطْبَعُ عَلَى قُلُوبِهِمْ فَهُمْ لاَ يَسْمَعُونَ {100}
"Kami tidaklah mengutus seorang nabi pun kepada suatu negeri, (lalu penduduknya mendustakan nabi itu), melainkan Kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan supaya mereka tunduk dan merendahkan diri. Kemudian Kami ganti kesusahan itu dengan kesenangan hingga keturunan dan harta mereka bertambah banyak, dan mereka berkata, 'Sesungguhnya nenek moyang kami pun telah merasai penderitaan dan kesenangan', maka Kami timpakan siksaan atas mereka dengan sekonyong-konyong sedang mereka tidak menyadarinya. Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalan naik ketika mereka sedang bermain? Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi. Dan apakah belum jelas bagi orang-orang yang mempusakai suatu negeri sesudah (lenyap) penduduknya, bahwa kalau Kami meng-hendaki tentu Kami azab mereka karena dosa-dosanya; dan Kami kunci hati mereka sehingga mereka tidak dapat mendengar (pelajaran lagi)?" (Al-A'raf: 94-100).
Keadaan seperti ini membuat sebagian manusia 'telah kalah sebelum berperang'. Artinya, melihat, menyaksikan, merasakan, dan mengalami penderitaan yang bertubi-tubi, sekaligus tidak memiliki daya upaya dan tidak memohon pertolongan, hidayah, dan inayah kepada pencipta mereka yakni Allah Ta’ala, akhirnya muncullah sikap menyerah, pasrah, lemah gairah untuk maju, tidak ada semangat juang untuk keluar dari krisis multi dimensional. Motivasi hancur, harta benda hancur, keluarga hancur, kehormatan hancur, tidak memiliki sandaran atau dasar beragama yang memadai, akhirnya sikap pesimistis menatap ke depan menjadi pilihan yang tak seha-rusnya diambil.
Akankah azab atau hal ini segera berakhir di Indonesia?
Jama’ah Jum’at Rahimakumullah
Sebaik-baik manusia yang bersalah adalah mereka yang menyadari kesalahannya kemudian bertaubat. Sebaliknya –tentu saja- manusia yang paling jahat adalah manusia yang berbuat salah ke-pada penciptanya dan kepada sesama makhluk, akan tetapi tidak mengakui kesalahannya dan dengan kepongahan dan kesombongannya, tidak peduli untuk meminta maaf, bertaubat, dan mem-perbaiki diri.
Bukankah banyak manusia Indonesia (jutaan) masih meminta rizki, dimudahkan jodohnya, pangkatnya, dilepaskan dari kesulitan hidup, memintanya kepada kuburan dengan anggapan si mayit adalah orang shalih yang dekat dengan Allah Ta’ala, sehingga dapat dijadikan perantara untuk memintanya kepada Allah Ta’ala. Juga me-minta kepada patung, keris, pohon, batu, paranormal, jin, dukun, dan sejenisnya. Inilah dosa terbesar (syirik). Dan… masih teramat banyak jenis kesyirikan yang dilakukan mereka.
Bukankah Allah Ta’ala telah berfirman,
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan." (Al-Fatihah: 5).
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُواْ لِي وَلْيُؤْمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
"Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepadaKu, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)Ku dan hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (Al-Baqarah: 186).
Jama’ah Jum’at Rahimakumullah,
Demikian halnya kesalahan besar telah dilakukan jutaan manusia berupa berakhlak rendah, tidak berakhlak karimah. Dosa-dosa besar dikerjakan setiap hari secara terang-terangan yang menjadi pemandangan menyesakkan dada orang-orang yang peduli dengan agamanya. Hukum Allah Ta’ala tidak diterapkan di dalam kehidupan individu, keluarga, masyarakat, berbangsa dan bernegara serta dalam tataran internasional, kecuali hal-hal tertentu yang disesuaikan dengan selera dan hawa nafsu (mencampur yang haq dengan yang batil).
Jika keadaan seperti ini tidak membuat manusia menyadari akan kekeliruan atau kesalahan dan merasa berada di dalam kebe-naran atas dasar, standar atau kriteria hawa nafsu, maka sungguh teramat layak jika musibah, azab, bencana, akan terus menimpa manusia Indonesia, seperti sekarang ini.
Lalu kapan hal itu akan berakhir?
Jama’ah Jum’at Rahimakumullah,
Benar, dengan izin Allah Ta’ala, lambat ataupun cepat keadaan tersebut akan berakhir dan berganti dengan kebaikan dengan syarat:
- Manusia Indonesia, sebagian besarnya (pada gholibnya) ber-taubat.
- Istiqamah di dalam beriman dan bertakwa.
- Beramal shalih.
- Bertawakal kepada Allah Ta’ala.
Bertaubat artinya menyadari kesalahannya, meminta ampun kepada Allah Ta’ala, bertekad bulat tidak akan mengulangi kesalahan, berusaha sekuat kemampuan untuk berbuat baik, dan meminta maaf kepada sesama manusia jika kesalahan tersebut menyangkut hak manusia yang dirampas. Inilah taubatan nasuha. Firman Allah Ta’ala,
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّاراً{10} يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَاراً{11} وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَاراً{12}
"Maka aku katakan kepada mereka, 'Mohonlah ampun kepada Rabbmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun' niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai." (Nuh: 10-12).
Berdasarkan ayat ini, jika kita bertaubat, maka kesulitan seperti yang Indonesia alami, akan segera Allah Ta’ala ganti dengan kemudahan. Hal yang sama disebutkan di dalam banyak ayat.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ أَكْثَرَ الْاِسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا، وَمِنْ كُلِّ ضِيْقٍ مَخْرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ.
"Barangsiapa memperbanyak istighfar, niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya jalan keluar dan untuk setiap kesempitannya kelapangan dan Allah akan memberinya rizki (yang halal) dari arah yang tidak disangka-sangka." (HR. Ahmad)
Jama’ah Jum’at Rahimakumullah,
Istiqamah di dalam beriman dan bertakwa adalah langkah kedua, setelah bertaubat. Manusia yang telah bertaubat, tetaplah harus mempertahankan keimanan dan ketakwaannya dan terus berusaha meningkatkannya dengan ketaatan kepada Allah Ta’ala dan RasulNya. Mereka harus berusaha sekuat tenaga untuk melaksanakan perintah Allah Ta’ala dan RasulNya, dan menjauhi segala laranganNya.
Jika masyarakat umum telah benar-benar beriman dan bertakwa, maka keadaan mereka yang dulunya mengenaskan akan Allah Ta’ala ubah dengan yang sebaliknya. FirmanNya,
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ
"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi." (Al-A'raf: 96).
وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجاً. وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْراً.
"Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (Ath-Thalaq: 2-3).
Jama’ah Jum’at Rahimakumullah,
Beramal shalih merupakan bukti bahwa masyarakat yang telah bertaubat, dan benar-benar beriman dan bertakwa, di dalam perbuatannya (hati, lisan, dan anggota badannya) bergerak untuk merencanakan aktivitas, mengelola, melaksanakannya, mengontrol, serta mengevaluasi dan mengembangkannya di dalam lingkup pribadi, keluarga, masyarakat, berbangsa dan bernegara maupun aktivitas internasional yang selalu berdasarkan (at-Tauhid) keikhlasan dan ittiba' (mencontoh Rasulullah Shallallahu ‘alaihiwasallam).
Jika demikian keadaannya, maka yang haq akan bersinar dan kebatilan akan lenyap. Umat Islam akan memimpin dunia dengan kebenaran dan keadilan, jauh dari kebatilan dan kezhaliman seperti sekarang ini. FirmanNya,
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْناً يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئاً وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, seba-gaimana Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diri-dhaiNya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan mengubah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sen-tosa. Mereka tetap menyembahKu dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik." (An-Nur: 55).
Jama’ah Jum’at Rahimakumullah,
Tawakal adalah salah satu sifat orang-orang yang beriman dan bertakwa. Setelah beramal shalih atau beraktivitas semaksimal mungkin dalam kebaikan, mereka menyadari bahwa itu semua atas karunia dan kekuatan dari Allah Ta’ala. Dan hasil akhir yang berkuasa untuk menentukannya adalah Allah Ta’ala pula. Oleh karena itu mereka bertawakal (menyerahkan segala hal ikhwal akhirnya) hanya kepada Allah Ta’ala, tidak kepada dirinya yang lemah, seperti halnya kebanyakan manusia yang sombong.
Dengan bertawakal inilah akan menjadi baik bagi seluruh masyarakat. Jika ikhtiarnya sukses, mereka akan bersyukur. Jika ikhtiarnya belum sampai kepada tujuan yang diinginkan, mereka tidak akan kecewa, sebab itu pun akan baik bagi mereka. Selama mereka di dalam kebaikan, mereka yakin dan optimis, bahwa upaya, aktivitas atau amal shalih mereka akan dibalas oleh Allah Ta’ala, lambat ataupun cepat, di dunia ataupun di akhirat. FirmanNya,
وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرا
"Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (Ath-Thalaq: 3).
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ
Khutbah yang kedua
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَلَّى اللَّّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا
Jama’ah Jum’at Rahimakumullah,
Sesungguhnya orang yang memiliki keyakinan yang kuat kepada Allah c dan RasulNya atau benar-benar beriman, maka dalam menghadapi persoalan hidup di dunia ini –bagaimanapun peliknya, sulitnya, menderitanya– tidaklah akan membuatnya pesimis yang berakhir pada keputusasaan. Tidak, sekali-kali tidak.
Orang beriman apabila diuji oleh Allah Ta’ala dengan kelapangan, maka ia akan bersyukur dan hal itu baik baginya. Jika ia diuji dengan kesempitan, maka ia akan bersabar dan hal itu baik pula bagi-nya. Hal inilah yang menakjubkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihiwasallam.
Sebagai keluarga, masyarakat, bangsa dan negara, maka umat Islam harus berada di dalam kondisi tersebut di atas. Mereka akan senantiasa bersabar di dalam menghadapi berbagai keadaan yang tidak menyenangkan. Mereka akan senantiasa optimis menatap masa depan setelah menilai, dan menghisab keadaan yang ada. Mereka mengevaluasi dan menemukan jalan keluar berdasarkan kitabullah dan Sunnah NabiNya.
Maka didapatilah bahwa bangsa ini selayaknya bertaubat ke-pada Allah Ta’ala, kemudian istiqamah di dalam beriman dan bertakwa, dibarengi dengan amal shalih dan bertawakal kepadaNya saja.
Sikap optimis seperti ini menepis sikap pesimistis sebagian kecil manusia Indonesia yang mengatakan bahwa dengan berbagai problematika ini, jangan-jangan Indonesia akan musnah sebagaimana musnahnya bangsa-bangsa besar di masa lampau. Sikap pesimis tersebut akan menjadi kenyataan, jika benar-benar bangsa ini enggan untuk bertaubat kepadaNya, enggan untuk beriman dan bertakwa, enggan untuk beramal shalih, dan enggan untuk bertawakal kepadaNya semata.
Jika bangsa Indonesia di dalam menghadapi kemelut berkepanjangan ini menyerahkan solusinya semata-mata kepada akal dan hawa mereka, maka sudah pasti kemusnahan bangsa Indonesia memang mungkin saja terjadi, wallahu a'lam. Marilah kita memohon pertolongan, karunia, petunjuk, dan inayah dariNya, agar kita semua dilepaskan dari berbagai kesulitan dan dimudahkan untuk menempuh jalan menuju perbaikan sesuai yang dikehendaki oleh Allah Ta’ala dan RasulNya. .
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَصَلىَّ اللهُ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ تَسْلِيمًا كَثِيرًا وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ اْلحَمْدُ لِلهِ رَبِّ اْلعَالمَِينَ.
Oleh: Suroso Abd. Salam, M.Pd.
Dikutip dari Buku Kumpulan Khutbah Jum’at Pilihan Setahun Edisi ke-2, Darul Haq Jakarta).
diposkan oleh www.mawarmerah.com di 05:30 0 komentar
Khutbah Jum’at : Akan datang suatu zaman atas manusia
KHUTBAH PERTAMA:
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ ...
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Maasyiral muslimin, Jamaah Jum'at yang Dirahmati Allah
Marilah kita meningkatkan taqwa kepada Allah SWT dengan menjalankan segala perintahNYA sesuai dengan kemampuan kita, dan meninggalkan segala yang dilarangNYA, dan hendaklah kita takut kepada hari akhir yang pasti datang. Pada hari itu, orang tua tidak bisa membantu anaknya. Begitu juga sebaliknya, anak tidak bisa membantu orang tuanya. Masing-masing akan mempertanggungjawabkan amalnya di hadapan Allah subhanahu wata’ala.
Maasyiral muslimin, Jamaah Jum'at yang Dirahmati Allah
Hendaklah kita menyadari, bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah sementara. Kita hanya menumpang lewat. Dunia adalah waktu dan tempat beramal. Janganlah terepesona oleh kehidupan dunia, sehingga membuat kita lalai dari hakikatnya serta melalaikan kewajiban kepada Allah subahanahu wata’ala yang menciptakan kita. Betapa banyak peringatan dari Allah subhanahu wata’ala dan RasulNya tentang hinanya kehidupan dunia.
Allah SWT berfirman :
"Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi, dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang sebelum mereka? Orang-orang itu lebih kuat dari mereka, dan telah mengolah bumi serta memakmurkannya lebih dari apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti yang nyata. Maka Allah sekali-kali tidak berlaku zalim kepada mereka. Akan tetapi, merekalah yang berlaku zalim kepada diri mereka sendiri." (QS. Al-Rum 30:9)
Untuk menjelaskan Al-Quran yang saya bacakan di atas, sebagian ulama tafsir Al-Quran menyebutkan sabda Rasulullah saw berikut :
"Akan datang suatu zaman atas manusia. Perut-perut mereka menjadi Tuhan-tuhan mereka. Perempuan-perempuan mereka menjadi kiblat mereka. Dinar-dinar mereka menjadi agama mereka. Kehormatan mereka tergeletak pada kekayaan mereka. Waktu itu, tidak tersisa iman sedikit pun kecuali namanya saja. Tidak tersisa Islam sedikit pun kecuali ritual-ritualnya saja. Tidak tersisa Al-Quran sedikit pun kecuali pelajarannya saja. Masjid-masjid mereka makmur dan damai, akan tetapi hati mereka kosong dari petunjuk. Ulama-ulama mereka menjadi makhluk Allah yang paling buruk di permukaan bumi. Kalau terjadi zaman seperti itu, Allah akan menyiksa mereka dan menimpakan kepada mereka berbagai bencana : Kekejaman para penguasa, kekeringan masa, dan kekejaman para pejabat serta pengambil keputusan."
Maka takjublah para sahabat mendengar pembicaraan Nabi. Mereka bertanya, "Wahai Rasul Allah, apakah mereka ini menyembah berhala ?"
Nabi menjawab, "Ya ! Bagi mereka, setiap serpihan dan kepingan uang menjadi berhala."
Dalam hadis di atas, Nabi meramalkan akan datang suatu zaman ketika manusia menjadikan uang sebagai berhala mereka. Setiap keping uang, setiap keping dirham, dolar dan rupiah ... menjadi berhala. Rasulullah menggambarkan dengan indah : Pada zaman itu, manusia mempertuhankan perutnya.
Kalau yang disebut Tuhan adalah sesuatu yang diikuti dan ditaati tanpa memikirkan alasan-alasan apa pun, maka orang akan menaati keinginan dan perut mereka dengan melakukan apa saja. Mereka mau menghabiskan malam seluruhnya hanya untuk mengisi perutnya. Dulu di zaman Rasulullah, orang-orang yang taat ibadah kepada Allah menghabiskan malamnya dengan menunaikan shalat malam (tahajjud). Nanti, akan datang suatu zaman ketika manusia begadang sepanjang malam, untuk kepentingan perutnya. Perempuan-perempuan mereka menjadi kiblat mereka. Seks menjadi kejaran mereka.
Mereka bertindak dan bekerja, dengan pikiran yang sepenuhnya terpusat ke arah itu. Tumpukan uang menjadi agama mereka. Kemuliaan seseorang pada zaman itu, diukur berdasarkan kekayaannya. Manusia memberikan penghormatan kepada orang yang memiliki banyak kekayaan. Maka di saat seperti itu, manusia berlomba-lomba menumpuk kekayaan untuk menunjukkan kemuliaan dan kehormatan mereka di tengah-tengah masyarakat.
Pada waktu itu, kata Rasulullah, iman hanya tinggal namanya saja. Islam hanya tinggal upacara ritualnya saja. Al-Quran hanya tinggal pelajarannya saja. Orang-orang mungkin ramai belajar Al-Quran, tetapi tidak mencoba hidup dengan ajaran Al-Quran. Mereka mungkin membaguskan suara Al-Quran, tetapi tidak membaguskan akhlak mereka dengan ajaran Al-Quran. Nabi saw juga mengatakan bahwa masjid-masjid pada masa itu ramai. Akan tetapi, hati penghuninya kosong dari petunjuk Allah. Ulama-ulama yang membimbing mereka, hanya dihormati karena pakaiannya saja.
Jamaah Jum'at yang Dirahmati Allah
Dalam riwayat yang lain, Nabi mengatakan bahwa :
"Orang tidak mengenal ulama kecuali karena pakaiannya yang khas, dan bukan karena ilmu serta akhlaknya. Orang tidak mengenal Al-Quran kecuali dengan suaranya yang baik. Mereka tidak beribadah kepada Allah kecuali di bulan Ramadhan saja. Bila ulama-ulamanya sudah seperti itu, dan bila umat Muslim hanya bersungguh-sungguh melakukan ibadah di bulan Ramadhan saja, maka mereka akan diberi penguasa yang tidak memiliki ilmu. Tidak ingin memaafkan rakyatnya. Dan tidak mempunyai kasih sayang kepada rakyatnya pula."
Takjub mendengarkan ucapan Rasulullah yang melukiskan keadaan zaman itu, para sahabat pun bertanya : "Wahai Rasul Allah, apakah mereka menyembah berhala ?" Nabi menjawab : "Benar. Hanya saja berhalanya bukanlah berhala yang dipahat dalam bentuk makhluk-makhluk tertentu. Berhalanya adalah uang. Mereka menyembah, mengabdi, dan mencurahkan seluruh hidupnya untuk uangnya."
Lalu Rasulullah saw bersabda :
"Nanti pada akhir zaman, ada sekelompok orang dari umatku yang datang ke masjid. Mereka duduk dalam barisan yang rapat. Mereka berzikir. Namun zikir mereka adalah dunia, dan kecintaan mereka terpaut pada dunia. Janganlah kamu duduk bersama mereka, karena Allah tidak berkepentingan dengan mereka."
Kalau dalam ayat-ayat Al-Quran dan hadis-hadis di atas, Nabi menceritakan pada kita tentang suatu zaman ketika manusia mencintai dunia dengan amat berlebihan, dan ketika mereka menjadikan dinar dan dirham sebagai berhala-berhala mereka ... maka beliau juga mengingatkan kita bahwa begitu cintanya manusia nanti di akhir zaman pada dunia, sampai-sampai mereka menjalankan ibadah sekali pun, demi kepentingan dunia mereka.
Maasyiral muslimin, Jamaah Jum'at yang Dirahmati Allah
Di dalam Ihya Ulumuddin, ketika menjelaskan ibadah haji, Imam al-Ghazali meriwayatkan sebuah hadis tentang situasi ibadah haji di akhir zaman. Rasulullah saw bersabda :
"Nanti di akhir zaman, ada empat macam orang menjalankan ibadah haji dari empat macam golongan masyarakat. Mereka adalah penguasa, pedagang, orang miskin dan para ulama. Penguasa akan menjalankan ibadah haji sebagai sejenis pesiar atau wisata. Pedagang akan menunaikan haji untuk kepentingan bisnis mereka. Orang miskin menunaikan haji untuk mengemis. Para ulama menunaikan haji hanya untuk memperoleh popularitas."
Jadi keempat golongan di atas, menunaikan ibadah haji hanya demi kepentingan dunia mereka semata. Mereka memang berzikir. Hanya saja, sebagaimana disabdakan Rasulullah, zikir mereka adalah dunia. Memang ada kecintaan di hati mereka. Akan tetapi, dalam hati mereka, kecintaan pada dunia jauh lebih besar dari kecintaan pada Allah. Mudah-mudahan Allah swt mencabut kecintaan kita pada dunia, dan memusatkan hati kita untuk lebih mencintai-Nya.
Saya akan menyebutkan salah satu obat untuk mengurangi kecintaan pada dunia. Meninggalkan dunia tidak berarti bahwa kita harus meninggalkan pekerjaan, tidak mencari nafkah, dan tidak bekerja keras. Mencari harta yang halal, diperintahkan oleh Allah swt. Malahan menurut Rasulullah, orang yang payah dalam mencari nafkah, bekerja keras dan kurang tidur demi mencari nafkah yang halal, beroleh pahala yang bisa menghapus dosa-dosanya. Rasulullah juga menyatakan bahwa ada dosa-dosa yang tidak bisa dihapus dengan apapun, kecuali dengan kesusahan dan kepayahan mencari nafkah.
Obat untuk menghilangkan kecintaan pada dunia adalah bahwa kita bekerja keras untuk mencari nafkah dan harta. Akan tetapi, kita juga tidak ragu-ragu untuk membagikannya kepada orang lain. Sebagian dari rezeki Allah itu kita bagikan, dan distribusikan untuk membahagiakan sesama manusia.
Jama'ah Jum'at yang berbahagia,
Ujilah kecintaan kita pada dunia manakala Allah memanggil kita untuk mengorbankan harta kita demi kepentingan agama Allah, demi kepentingan umat Muslimin, dan demi menolong orang-orang yang mendapat musibah dan kesusahan. Kalau kita masih saja menahan harta kita ketika Allah memintanya, maka hal itu membuktikan bahwa kita lebih mencintai dunia ketimbang Allah SWT
KHUTBAH KEDUA:
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِيْنَ. لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ إِلهُ الْأَوَّلِيْنَ وَالْآخِرِيْنَ، وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ الْوَعْدُ الْأَمِيْنُ. عِبَادَ اللهِ ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
Jamaah Jum'at yang Dirahmati Allah
Untuk kesekian kalinya Khatib mengingatkan kepada diri sendiri dan jamaaah, agar kita semua jangan lupa untuk bershalawat atas Nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabat beliau serta orang-orang yang mengikuti beliau sampai Hari Kiamat nanti. Allah telah mengingatkan ini di dalam al-Qur`an. FirmanNya,
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." (Al-Ahzab: 56).
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
. للَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ. رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ، إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا، إِنَّهَا سَاءَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ، وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا سَأَلَكَ مِنْهُ نَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا اسْتَعَاذَ مِنْهُ نَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَأَنْتَ الْمُسْتَعَانُ، وَعَلَيْكَ الْبَلَاغُ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ.
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَأَقِمِ الصَّلاَةَ.
- Dikutip dari Buku Kang Jalal “Meraih cinta Illahi” yang berjudul : Berhala Uang” karya KH. Jalaluddin Rakhmat dengan sedikit tambahan
Wednesday, March 16, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.